Our social:

Jumat, 06 Februari 2015

Desa Tenganan

Desa Tenganan

Desa Tenganan merupakan salah datu dari tiga desa Bali Aga yang ada di Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali Timur. Untuk mencapai Desa Tenganan bisa dari Candidasa dengan jarak sekitar 10 Km atau ditempuh dalam waktu setengah jam, atau 1,5 jam dari Bandara Ngurah Rai.
Kedua desa Bali Aga lainnya adalah Trunyan dan Sembiran. Yang dimaksud Bali Aga adalah desa yang masyarakatnya masih mempertahankan pola hidup yang mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan turun temurun. Bentuk dan ukuran bangunan, pekarangan, pengaturan letak bangunan, dan letak pura, dibuat dengan mengikuti aturan adat.
Memasuki Desa Tenganan, pejalan akan disambut oleh penduduk asli desa yang akan membantu mengantarkan dan menjelaskan mengenai desa. Tetapi sebelumnya, jangan lupa untuk mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan dalam jumlah yang pantas.
bali aga desa tenganan karangasem

Deretan bangunan yang merupakan banjar tempat masyarakat Desa Tenganan bermusyawarah dan bermufakat. Kehidupan masyarakat di Desa Tenganan diatur oleh hukum adat yang disebut awig-awig, ditulis pada abad ke-11 dan diperbarui pada 1842.
Memasuki Bali Aga, tidak terlihat adanya keramaian penduduk desa. Suasananya sunyi senyap seperti desa yang tidak berpenghuni. Penduduk Bali Aga adalah orang-orang Bali asli yang pertama menghuni Bali. Ada yang menyebut masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulu disebut Bedahulu.
Salah satu yang unik adalah mereka tidak diijinkan untuk menikah dengan orang di luar dari penduduk Bali Aga Desa Tenganan. Menurut para Penduduk asli disana, biasanya penduduk Bali Aga Desa Tenganan sudah dijodohkan pada saat dilahirkan. Sehingga pada saat dewasa mereka tinggal dinikahkan.
bali aga desa tenganan karangasem
Kain Gringsing, kain unik kebanggaan Bali Aga Desa Tenganan. Masyarakat Desa Tenganan sangat berbakat dalam menghasilkan benda seni, diantaranya keahlian menenun kain Gringsing ini. Untuk membuatnya membutuhkan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi.
Teknik yang digunakan untuk menghasilkan Kain Gringsing adalah teknik dobel ikat. Makin lama usia Kain Gringsing, semakin kuat warna kainnya. Kain Gringsing dipercaya memiliki suatu ikatan tertentu bagi si pemilik. Bahkan dapat memberikan kekuatan dan kesembuhan dari tiap helai benangnya.
Ada Kain Gringsing yang dibuat dari darah manusia untuk pewarnaannya. Sayang sekali, saya tidak berkesempatan untuk melihatnya. Selain keahlian dalam menenun kain, penduduk Bali Aga Desa Tenganan juga bertani, menghasilkan kerajinan anyaman bambu, ukiran, dan lukisan di atas daun lontar.
bali aga desa tenganan karangasem
Di lokasi ini Perang Pandan dilaksanakan di Desa Tenganan. Sebelum pulang, Perang pandan bianya dilaksanaka pada Bulan Juli
Tradisi Perang Pandan adalah pertarungan dua pemuda desa yang saling sayat menggunakan duri-duri pandan. Setelah bertarung tidak ada dendam antara mereka, yang ada hanya kebanggaan personal.
Masyarakat Desa Tenganan memegang teguh konsep Tri Hita Karana. Tri tiga, dan Hita Karana adalah penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan, yang terdiri dari Perahyangan (hubungan seimbang manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antar manusia), dan Palemahan (hubungan harmonis manusia dengan alam sekitarnya)
Bagi yang ingin mengunjungi Bali Aga Desa Tenganan, direkomendasikan untuk datang pada saat tradisi Perang Pandan diselenggarakan. Tidak lupa untuk membawa cukup uang karena penduduk Bali Aga menjual kain-kain unik dan kerajinan-kerajinan lain yang menarik.


Anda ingin mengetahui Tentang surfing? Kunjungi G-land Asia


0 komentar:

Posting Komentar